Monday, June 23, 2008

Anggota Geng Nero, Ke Laut Aje...

Belum lepas keheranan kita akan kebringasan video aksi gang nero (gang basket putri didaerah Pati, Jawa Tengah) pada salah satu anggota barunya beberapa waktu lalu. Kini beredar lagi video lain yang jauh lebih bringas, perkelahian beberapa anggota geng putri lain yang dikalangan pemilik ponsel dikenal sebagai "gang brengsek". Korbannya kali ini adalah seorang remaja putri yang dipukuli beramai-ramai oleh anggota kelompok tersebut. Tidak jelas apakah video kedua yang disebut-sebut juga berasal dari Pati, memiliki kaitan dengan gang Nero yang sekarang sedang diperkarakan. Video lengkap perkelahian kedua gang putri yang saya sebutkan diatas, bisa dilihat disini.

Ironis sekali melihat kebrutalan para remaja putri ini. Emang sih, menurut buku-buku ajar psikologi dan perkembangan anak, masa-masa teenager ini adalah merupakan masa pencarian identitas diri. Masa yang ditandai dengan keinginan untuk membentuk kelompok2 diluar dari pengawasan orangtua dan keluarga. Tiap remaja ingin diakui oleh remaja lainnya, entah karena prestasi, kesamaat minat dan hobi ataukah karena alasan lain yg mereka sendiri tau. Maka dengan dasar alasan seperti itulah, maka gang bengal semacam gang Nero bisa terbentuk. Mulanya sih, hanya sekedar dua atau tiga orang yang satu hati bergabung menjadi satu grup kecil, eeeeh....tau-tau ada teman lain yang juga sama asiknya diajak jalan n curhat pengen gabung, maka tidak lama jadilah sebuah grup yang dinamai geng. Entah apalah mau dinamai geng itu, gang kutu buku bisa, gang sosialita ok, gang curhat, gang kribo, gang gaul, gang pinky, de el el....you name it lah...

Dulu saat saya masih SMP di Papua, pernah sih secara gak sengaja ikut-ikutan gabung disalah satu kelompok yang terkenal cantik, modis tapi garangnya minta ampun (apalagi kao dah menyangkut urusan cowok, wiiii...ngeri!!!). Anggotanya tuh anak-anak bugis semua. Sebenarnya sih, saya sama sekali gak gabung, tapi karena teman2 sekolah pada tahunya saya juga punya darah bugis, apalagi saya tetanggan dengan beberapa anggota kelompok tsb, maka jadilah saya sering dikait-kaitkan dengan gang bugis yang beranggotakan sekitar 5-6 orang. Disitu, sebenarnya saya gak terlalu nyaman, coz anggota kelompok ini kerjaannya cuman bolos, kalo gak bolos, keliling-keliling kota naek angkot yag dicarter (istilah sininya "cewe' panta bensin"), trus lainnya tuh, mereka dandannya menor abis, padahal baru juga anak SMP gt lho!!! Saya dulu sempat heran, nih anak2 gang bugis kalo sama saya kok ramah yah, padahal kalo anak-anak lain anak lain pasti disewotin, ato kalo gak diajak berantem. Senang juga sih awalnya, karena seringnya dikait-kaitkan dengan gang bugis ini, rasa PD saya yang aslinya pemalu, menjadi meningkat. Bisa masuk dan diterima dalam lingkungan orang-orang yang menjadi "center of attention", adalah suatu prestige tersendiri yang gak semua orang bisa dapat pada saat itu. Apalagi dengan dandanan saya yang kutu buku abis saat itu. Kacamata minus tebal, rambut pendek poni, baju selalu disetrika dan terkancing rapi dan rok yang selalu dibawah lutut (hiks....jadi ketiwa ketiwi sendiri melihat foto keculunan saya saat SMP dulu). Selidik punya selidik, saya akhirnya mengerti kenapa geng bugis baik sekali pada saya. Ternyata saat itu, saya "dipake" ama mereka. Mereka sengaja beramah-ramah dengan karena punya "hidden agenda" yaaa....ada udang dibalik batu lah..... Tiap kali ada PR dari guru, saya dijadikan tempat untuk nyontek abis, agar tidak dihukum guru dikelas. Setelah sadar sepeprti itu, saya mulai menjauh, baik dikelas maupun dirumah. Untungnya sih saya tidak pernah diapa-apain sama mereka, sebab saya pernah dengar sekali waktu mereka mengeroyok anak kelas sebelah, karena dianggap pelit jawaban dan terlalu kecentilan (maksudnya nyaingin kecantikan anggota kelompok bugis, hahaha). Saya akhirnya menemukan teman akrab yang memiliki hobi sama saat itu, sama-sama Kutu Buku, Anak Marching Band & penikmat BoyBands asal Inggris (Teman-temanku ini entah sekarang sudah berada dimana yak? Eki, Lusiana, Fitri, Nurdiana, Ida).

Beranjak ke SMU, saya lebih senang bergaul dengan teman-teman yang "berotak" ketimbang yang "berotot". Lagipula di jenjang ini, bakat kepemimpinan saya mulai muncul. Yang ada beberapa teman kelas yang malah nempel pada saya dan membentuk group. Tapi kami groupnya group baik2 lho, karena punya kesamaan dalam hal minat juga hobi. Kebersamaan itu, sayangnya hanya bertahan 1 tahun karena saya harus pindah ke Pulau Sulawesi (Hehehe...ini adalah sebagai konsekuensi ngedemo KepSek SMUN1 Fakfak yang menurut saya melakukan penyimpangan dana BP3). Ulah saya ini sangat beralasan, karena disertai bukti otentik yang saya himpun beserta teman2 OSIS SMUN1 dari berbagai sumber. Karena yang dilihat paling vokal pada saat debat terbuka itu adalah saya, maka sebagai hadiahnya, saya diganjar dengan nilai merah diraport Cawu II. Kebetulan pak kepsek ini mengajar salah satu mata pelajaran dikelas saya. Jadilah, dari sekitar 30 siswa dikelas, hanya saya sendiri yang mendapat nilai merah untuk KIMIA (tidak heran, semenjak itu saya menjadi trauma dengan mata pelajaran ini).

Setelah pindah ke Pulau Sulawesi, saya diterima disalah satu SMU diKabupaten yang menjadi home town kedua orang tua saya. Disana, saya mendengar ada satu gang yang menjadi momok bagi murid-murid cewek lainnya. Gang ini namanya Badung K***K (BK). Anggotanya terdiri dari gabungan anak-anak cantik plus cakep, modis, tajir dan pintar. Inisial mereka (Ketua: Ul, tangan kanan: Wn, Anggota biasa: Un, Mt, Dn, Em, Ns, Ud, Mn, Mh). Mulanya sih, saya gak peduli banget dengan geng ini. Sebodo amat, sepanjang saya gak ngegangguin mereka, dan mereka juga gak bikin darah saya naik, I don't care euy.... Namun rupanya, begitu saya masuk, sikap diam dan gaya saya yang agak2 tomboy (rambut cepak model polwan, dua lengan baju digulung, rok ketat pas dilutut) bikin mereka sempat gerah. Dalam pikiran mereka, "Ededeh, ini anak baru, belagu skali. Gayana ji". Sempat saya dengar, kalo mereka sekali waktu pengen menghadang saya saat pulang sekolah, tapi begitu tau siapa yang menjemput saya pulang sekolah, mereka jadi mengurungkan niat, hehehe. Kebetulan kakek si pemimpin gang BK adalah kolega kakek saya, jadinya secara de jure n de facto, saya kebal dari amukan anggota BK, hehehe. At the end, saya dengar kalo geng BK ini bubar sebelum semua anggotanya lulus SMU, entah karena alasan apa mereka tidak lagi kompak seperti sebelumnya. Hanya satu orang saja yang masih berhubungan dengan saya hingga saat ini, yaitu Mt yang semenjak saya menginjakkan kaki hari pertama diSMUN1 Barru langusng menjadi teman akrab saya (dari dia inilah saya dapat info kalo mo dihadang oleh anggota BK yang lain). Mt baru aja menyelesaikan pendidikan S2 Biologinya dan sekarang aktif sebagai pengajar dibeberapa universitas swasta diMakassar. Bentar lagi malah dah mo married bulan Agustus. Selamat ya, Say....

Yah, sebenarnya membentuk sebuah gang adalah sebuah hal yang lumrah. Merunut hirarki kebutuhan dasar Maslow, pembentukan geng adalah salah satu bentuk dari adanya kebutuhan aktualisasi diri. Kita pengen diakui orang, kita pengen dihargai dan menjadi bagian dari suatu komunitas, gak salah kok prens, itu manusiawi!!. Hanya sayang dalam pengimplementasannya, banyak terjadi penyelewengan2 yang sudah off track dari niat awal dibentuknya group atau geng tersebut. Hingga tanpa sepengetahuan orang dewasa, jadilah aksi brutal dengan alasan solidaritas memebela teman geng. Saya berharap, dengan terungkanya kasus geng Nero ini, para anggota geng bisa lebih memaknai apa sih tujuan berdirinya geng mereka. Apakah kehadiran geng mereka bisa memberikan kontribusi signifikan bagi lingkungannya atau malah menjadi momok yang bikin lingkungannya menjadi antipati dan gerah karena ulahnya yang sok jago, sok eksklusif, sok cantik, sok usil, sok ganjen blah...blah...blah. Buat anggota gang nero yang sekarang termehek-mehek setelah diciduk pihak kepolisian Pati, Berantemnya dilanjutin dipenjara aja kali yeeee......Finally, you got what you deserve girls!!!